Rabu, 25 April 2012

Kelanjutan Peristiwa Hosti Ekaristi Kidul Loji, Jogjakarta

MENCERMATI luasnya sirkulasi berita tentang peristiwa “hosti hilang dan ditemukan sebagai darah” di Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta, Minggu 15 April 2012 pk 20.00, Uskup Agung Semarang Mgr. Johannes Pujasumarta menegaskan pada 17-4-2012 melalui Sesawi Net, bahwa peristiwa itu semakin menguatkan perlunya umat katolik menaruh hormat kepada ekaristi dan hosti.

“Saya pribadi belum sempat meninjau lokasi Gereja Kidul Loji,” tulis Mgr. Pujasumarta kepada Redaksi Sesawi.Net hari Selasa (17/4) pagi.

Namun, kata Monsinyur lebih lanjut, pihaknya juga telah mendengar tentang peristiwa itu itu dari Vikep DIY Romo Saryanto Pr yang kemudian dipaparkan secara konologis oleh Penanggungjawab Komisi Komsos KAS yakni Romo Noegroho Agoeng Pr.

PERSIAPAN KOMUNI PERTAMA Tentang aku sendiri... biar kutahan-tahan, akhirnya jebol pula pertahananku oleh pertanyaan kolom status Facebook: "What's on your mind?". Aku sudah berusaha mengalihkan pikiranku pada hal-hal lain, pada pertandingan bola, pada soal pendidikan tinggi, eh, tetep ngganjel di hati dan kepalaku soal Kejadian Hosti di Kidul Loji itu.

Pasalnya aku pada malam 17-4-2012 dihubungi seorang teman FB dari Singapura (karena belum seijin dia tak kusebut namanya). Ia seorang katekis di suatu gereja dan sedang mempersiapkan bahan pelajaran persiapan komuni pertama untuk para calon komuni pertama bulan Juni nanti, pada Minggu Tubuh dan Darah Tuhan. Salah satu bahan yang ia siapkan adalah kehadiran nyata Tuhan Yesus Kristus dalam hosti ekaristi yang sudah dikonsekrir. Ia mengambil bahan kejadian tahun 750 di Lanciano. Lalu ia minta izin mengambil bahan-bahan yang kuposting di wall, termasuk komen-komen, untuk dituangkan dalam pelajaran yang disiapkannya.

Percakapan dengannya mengingatkan aku bahwa peristiwa seorang imam yang ketika mengkonsekrasikan hosti mendapatkan hosti itu berubah menjadi daging dan darah di Lanciano tahun 750 meningatkan aku bahwa ada banyak penelitian yang dilakukan di situ. Hanya pada antara tahun 1971 dan 1973 saja, ada sekitar 500 jenis tes dilakukan untuk sampai pada kesimpulan, bahwa terutama dalam hal darah, ditemukan golongan AB seperti pada darah yang menempel di kain kapan Turin, dan struktur seperti darah orang Tmur Tengah. Tetapi tetap ada unsur-unsur yang sama sekali tak bisa dijelaskan, karena perbedaannya dengan mahluk hidup apa pun. Maka, Komisi Kesehatan PBB dan PBB sendiri pada tahun 1976 mengeluarkan pernyataan, bahwa sadar akan keterbatasan keilmuan, penelitian dihentikan, karena tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Lepas dari itu, selain memerhatikan pesan Mgr Johannes Pujasumarta ketika menanggapi kejadian Hosti Kidul Loji 15-4-2012, aku mendapat kesan dari percakapanku dengan teman FB Singapura itu, bahwa ada dorongan agar dalam mempersiapkan pengajaran dalam rangka penerimaan Komuni Pertama di gereja-gereja manapun yang lazimnya diselenggarakan menyongsong Hari Raya Tubuh dan Darah Tuhan (10 Juni 2012) dilakukan sebaik-baiknya.

SIKAP PRODIAKON DAN PENERIMA KOMUNI
Selain itu juga suatu dorongan untuk persiapan sikap dan cara kerja yang lebih baik dari para prodiakon di mana pun untuk menerimakan komuni, dan kiat yang harus dimiliki jika ada hosti yang jatuh.

SIKAP UMUM KAUM BERIMAN
Terakhir, adalah himbauan umum kepada seluruh umat beriman atas peningkatan hormat dan cinta pada kehadiran nyata Tuhan Yesus Kristus dalam hosti ekaristi, entah ketika menyambut komuni di gereja, di rumah (dalam hal para lanjut-usia, orang sakit), maupun dalam adorasi.

Hehehe... maka plong sudah ganjelan hatiku dengan menuliskan ini.... semoga berguna untuk teman-teman.

Mujizat Ekaristi

Mujizat ekaristi terjadi di mana-mana di dunia, dan Vatikan membuat dokumentasi tentang hal itu, dalam buku Cultorum Martyrum, dan kemudian The Eucharistic Miracles of the World memuat 126 kejadian dari seluruh dunia, yang kemudian menimbulkan adorasi yang kuat pada Sakramen Mahakudus, yang umumnya merupakan pesan peneguhan akan kehadiran nyata Tuhan Yesus Kristus di antara kita dalam Ekaristi Suci. Penerbitan buku-buku itu diharakan: will inspire in every reader a greater holiness of life, a life patterned on and nourished by the Eucharistic Sacrifice of Christ. In a particular way, ... it will lead all to a deeper appreciation of the call which our Lord gives to each of us, the call to “put out into the deep,” especially by embracing our vocation in life with an undivided heart.[Akan mengilhami setiap pembaca dengan cita-rasa hidup suci yang lebih besar, hidup yang berpola pada dan diperkaya oleh Korban Ekaristi Kristus.Khususnya... akan mengantar pada penghargaan yang lebih mendalam akan panggilan yang kita terima masing-masing dari Allah, panggilan agar "bertolak ke tempat yang dalam", terutama dengan merangkul panggilan hidup kita dengan sepenuh hati].

Pada 15-4-2012 terjadi "semacam" mujizat Ekaristi yang mengherankan banyak orang di Gereja St Fransiskus Xaverius, Kidul Loji, Jogjakarta. Lihat artikel kronologis "Mujizat Ekaristi di Kidul Loji Jogjakarta" di bawah ini. Disebut "semacam" mujizat, karena belum bisa dengan serta merta kita golongkan sebagai "mujizat", sekalipun ada indikasi ke sana. Kita perlu menyikapinya dengan iman, namun juga dengan hati-hati.

Sahabat Febrina Valentin menulis komen di tempat lain: "Kebetulan saya misa di gereja Kidul Loji saat itu dan menyaksikan kejadian tersebut. Saya menyaksikan bagaimana prodiakon yang bertugas tersebut terus mencari hosti yang jatuh, padahal pemberkatan anak2 sudah mau dimulai. Meskipun sudah mencari sampai di bawah kursi umat, beliau tetap tidak dapat menemukan hosti tersebut... terimakasih sudah di"share" informasi kronologinya, karena saya akhirnya mengetahui bagaimana kelanjutan dari peristiwa tersebut".

Peristiwa mujizat Ekaristi yang paling paling banyak disebut adalah kejadian di Lanciano (th 750), Italia, ketika seorang imam mengkonsekrasikan roti dan anggur dalam misa, ternyata sungguh berubah menjadi daging dan darah Kristus, dan disimpan tidak berubah sampai sekarang. Lebih dari 600 pengujian ilmiah dilakukan atas daging dan darah itu, terutama antara 1972-1975. Pada 1976, Komisi Kesehatan PBB, dengan mengakui keterbatasan ilmu, menyatakan tidak dapat menerangkan dengan tuntas unsur-unsur fenomena itu, sehingga tidak melanjutkan penelitian-penelitian dan menyerahkannya kembali ke dalam ranah iman.

Menurut Rama John A. Hardon SJ "all miracles, are gifts from God “to witness to some truth or to testify to someone’s sanctity” (semua mujizat adalah karunia dari Allah "untuk menjadi saksi sesuatu kebenaran atau untuk menunjukkan kekudusan seseorang", John A. Hardon, S.J., Modern Catholic Dictionary, p. 352).

Pada Misa Minggu Kerahiman Ilahi, 15-4-2012, ketika peristiwa Kidul Loji terjadi, di Vatikan Paus Benediktus memimpin Misa pagi. Beliau menyatakan bahwa Ekaristi adalah perjumpaan dengan Kristus yang bangkit. Beliau menyerukan: “Dear brothers and sisters,let us welcome the gift of peace that the risen Jesus offers us, let us fill our hearts with His mercy!” [Saudara-saudaraku, lelaki dan perempuan, marilah kita syukuri karunia damai yang diberikan Yesus kepada kita, marilah kita penuhi hati kita dengan kerahiman-Nya]. Pesan ini tampaknya juga berlaku bagi kita dalam menyikapi kejadian Kidul Loji malam itu...

MUJIZAT EKARISTI GEREJA KIDUL LOJI JOGJAKARTA?

Copas dari teman di gereja St Fransiskus Xaverius, Kidul Loji: Rm Agoeng - Komunikasi sosial Keuskupan Agung Semarang - menulis di milist Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), tentang kronologi kejadian di Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Kidul Loji, Jogjakarta:

1. Pada tgl 15-4-12 pukul 18.00 Perayaan Ekaristi dipimpin Rm V Suparman (bukan Rm Saryanto). Sampai Liturgi Ekaristi komuni berjalan lancar.

2. Saat Komuni: Seorang Prodiakon menerimakan komuni kepada salah seorang umat muda/remaja. Saat mau disantap, hosti jatuh. Dicari tidak ketemu. Anak tadi diberi hosti lain lantas disantap. Komuni dilanjutkan.

3. Selesai Komuni, prodiakon matur pada Rama dengan takut dan gemetar. Lantas hosti dicari lagi, di tempat dekat pembagian komuni ditemukan gumpalan darah sebesar hosti.

4. Gumpalan darah dilap dengan purificatorium kemudian purificatorium dibersihkan dengan air suci.

5. Prodiakon yang membagi komuni, anak yang menerima komuni, ibu dari anak tsb dan beberapa umat diajak berdoa bersama dan mohon ampun atas kelalaian.

6. Kemudian purificatorium disimpan di piscis, diletakkan di kapel pastoran.

7. Jam 24.00 Rm Parman bersama Rm Saryanto melihat purificatorium yang disimpan. Yang bekas dibersihkan masih basah dan bercak darahnya mulai pudar, tetapi di bagian kering ada bekas darah warna merah kecoklatan. Baunya wangi.

8. Purificatorium disimpan kembali di kapel. Demikian kronologi dari Rm Saryanto.

Peristiwa ini menegaskan iman akan Ekaristi dan Adorasi Ekaristi. MAKA jangan sekali-kali bersikap TIDAK HORMAT terhadap SAKRAMEN MAHAKUDUS

Jumat, 06 April 2012

SABTU SUCI, Sabatum Sanctum



SABTU SUNYI
Dalam diam dunia menanti kebangkitan

SABTU SUCI
SABTU SUNYI
"Kristus Dimakamkan dan Turun ke Tempat Penantian"

Kredo Para Rasul menyatakan bahwa Yesus “telah disalibkan, wafat dan dimakamkan...” Kematian Yesus sungguh-sungguh kematian. Kematian itu mengakhiri hidup-Nya di dunia sebagai manusia, dan jiwa-Nya terpisah dari tubuh-Nya. Selama di dalam makam, pribadi ilahi Allah Putera tetap berkuasa atas tubuh maupun jiwa itu (walaupun sudah terpisahkan), dan menjaga tubuh Yesus dari kerusakan, sesuai dengan Kitab Suci (lihat Mzm 16:9-10; Kis 13:37).

Kredo dan Kitab Suci sama-sama memberikan kesaksian bahwa Allah Putera selama berada di dalam makam “turun ke tempat penantian”, yaitu ke dunia orang mati, di mana sejak permulaan dunia mereka menunggu Mesias (lihat Mzm 6:5; Ef 4:8.9; Why 1:18).

Di sana Yesus “memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara” (1Ptr 3:19) dan kemudian naik ke surga, dengan “membawa tawanan-tawanan” (Ef 4:8) – semua orang yang adil dan benar yang telah mati dan menunggu pembebasan mereka.

Ajaran tentang Kristus turun ke tempat penantian itu merupakan perluasan dari amanat pesan keselamatan dan misi perutusan Yesus kepada semua orang benar yang hidup sebelum Kristus (lihat Katekismus Gereja Katolik no 634).

Jalan Salib 2012



Teks Jalan Salib Vatikan untuk Renungan Sengsara dan Wafat Tuhan, Jumat Agung 2012. Tekanan pada hidup keluarga.

http://www.vatican.va/news_services/liturgy/2012/documents/ns_lit_doc_20120406_via-crucis_en.html

Perhentian 1
Yesus Dihukum Mati karena pengkhianatan.
Banyak di antara keluarga kita menderita karena pengkhianatan pasangan, orang yang sangat kita sayangi.
Bagaimana jadinya dengan sukacita kemesraan, karena tinggal jadi satu?
Apa yang terjadi dengan citarasa “menjadi satu sepenuhnya”?
Apa jadinya janji “mulai sekarang dan selanjutnya” yang pernah diucapkan itu?

Aku memandang Dikau, ya Yesus, kurban pengkhianatan
Dan aku mengalami bersama-Mu, di saat cinta dan persahabatan
Yang berkembang dalam hidup kami sebagai pasangan jatuh berantakan,
Dan aku ikut merasakan di relung hatiku pedihnya luka karena dikhianati.
Hilangnya kepercayaan dan rasa aman-terlindung.

Engkau dapat memberi aku kekuatan
Menahan aku agar tidak membalas dengan cara yang sama
Tak akan menyerah, demi cinta pada anak-anakku
Yang menungguku di rumah
Sebab tinggal akulah tiang sandaran mereka.

Bapa kami…..

Perhentian 2
Yesus Memanggul Salib

Ya Yesus, yang paling buruk adalah
Bahwa aku juga menambah berat beban derita-Mu.
Kami suami-isteri dan keluarga kami
Dengan kejam menambah derita-Mu.
Ketika kami gagal mengasihi satu sama lain.
Ketika kami saling menyalahkan.
Ketika kami tidak mau saling memaafkan.
Tidak mulai saling mengasihi dengan cinta yang baru.

Sebaliknya, kami malah terus berpegang
Pada kesombongan kami masing-masing.
Mau menang sendiri. Melalaikan mereka yang dekat dengan kami.
Bahkan yang mereka yang mengikatkan hidupnya dengan kami.
Kami melupakan firman-Mu:
“Apapun yang kauperbuat untuk saudara-Ku yang hina ini
Kauperbuat bagi-Ku”
Itulah sabda-Mu yang tertuju “bagiku”.

Bapa kami…..

Perhentian 3
Yesus Jatuh Untuk Kali yang Pertama

Ya Yesus, di jalan berbatu itu Engkau jatuh
Di tengah suara teriakan dan bising orang-orang
Engkau bangun lagi dan segera melanjutkan jalan
menanjak ke bukit.
Engkau sungguh tahu derita-Mu punya satu tujuan.
Engkau memikul beban
Dari banyaknya kegagalan, pengkhianatan dan dosa-dosa kami.

Ketika Engkau jatuh, ya Tuhan, hati kami menjerit
Sebab kami tahu kamilah yang menyebabkannya,
Atau kelemahan kami
Bukan hanya kelemahan tubuh kami, tetapi seluruh keberadaan kami.
Kami ingin agar takkan pernah jatuh,
Tapi oleh sandungan kecil saja kami terpuruk.
Dengan suatu godaan atau suatu kejadian yang kebetulan saja
Kami sudah terhanyut, lalu jatuh.

Kami sudah berjanji mengikut Dikau, menghormati dan memerhatikan mereka yang ada di sekeliling kami. Ya kami sungguh mengasihi mereka, atau setidaknya begitulah kami kira. Jika mereka berpisah dengan kami, kami akan sungguh bersusah hati. Namun nyatanya, dalam hidup kami sehari-hari, kami jatuh.

Betapa sering kami jatuh dalam keluarga kami!
Betapa banyak perpisahan, betapa banyak pengkhianatan!
Dan perceraian, aborsi, pergi begitu saja tanpa pamit!
Yesus, bantulah kami memahami makna cinta, makna kasih.
Ajarilah kami meminta maaf!

Bapa kami...

Perhentian 4
Yesus Berjumpa Maria, Ibunda-Nya

Maria adalah ibu Yesus, namun dia juga Puteri-Nya. Maria tahu, Yesus menderita demi semua manusia, laki-laki dan perempuan, baik dari masa lalu, sekarang, maupun masa yang akan datang. Dan Maria juga ikut menderita bersama Putera-Nya.

Sungguh, Yesus, sangat sakit melihat Bunda Maria sedemikian berduka.
Namun Bunda memang mau ambil bagian
Dalam peristiwa ilahi yang sedemikian dahsyat menggentarkan.
Sebab memang demikianlah rencana Allah
Untuk keselamatan umat manusia.

Demi setiap laki-laki dan perempuan di dunia, terutama bagi keluarga kami
Perjumpaan Yesus dan Bunda Maria di jalan menuju Kalvari
Sedemikian dahsyat dan tepat.
Yesus menyerahkan Bunda-Nya
Supaya kami masing-masing – juga suami-isteri – mempunyai Bunda yang selalu menyertai kami.
Namun sedihnya, kami sering melupakan itu.
Dan jika kami ingat, berulang kali dalam hidup keluarga kami, kami menghadap Bunda. Sebab Bunda selalu menyertai kami dari dekat dalam masa penuh penderitaan. Berkali-kali kami memercayakan anak-anak kami kepadanya, meminta pertolongannya demi kesehatan badan dan terutama rohani mereka.

Betapa sering Bunda Maria mendengarkan kami, dan kami merasakan kehangatan kasih keibuannya.

Menyertai jalan derita salib setiap keluarga, Bunda Maria menjadi teladan sikap diam, juga ketika beban derita sungguh tak tertahankan, demi lahirnya hidup baru.

Bapa kami…….

Perhentian 5
Yesus Ditolong Simon dari Kirene

Mungkin Simon dari Kirene menjadi gambaran kami semua
Ketika mendadak kami menghadapi kesulitan, cobaan, penyakit, beban tersamar
Suatu salib yang berat.
Mengapa? Kenapa aku? Kenapa sekarang ini?
Tuhan memanggil kami untuk mengikut dia, walau kami tak tahu ke mana dan bagaimana.

Ya Yesus, memang yang terbaik adalah mengikut Engkau,
Membuka diri pada kehendak-Mu.
Menjawab “Ya!” kepada-Mu, sebab Engkaulah Tuhan semesta alam.
Kami seharusnya menjawab “Ya!” kepada-Mu
Sebab Engkau mengasihi kami tanpa batas.
Engkau mengasihi kami lebih dari seorang ayah,
Seorang ibu, saudara laki-laki atau perempuan,
Lebih dari seorang isteri, suami atau anak.
Kasih-Mu melampaui segala sesuatu
Bahkan di kala kami bersusah
Engkau menghendaki kami selamat dan bahagia
Dan Engkau menyertai kami selamanya.

Simon dari Kirene
Mengingatkan kami wajah-wajah mereka yang ada di dekat kami
Ketika salib berat membebani kami dan keluarga kami.
Kami mengenang para relawan di seluruh dunia
Yang dengan murah hati berkarya bakti
Menghibur dan membantu mereka yang menderita dan kesusahan.
Simon mengajarkan kerendahan hati kepada kami
Agar rela memberikan bantuan ketika dibutuhkan siapa saja.

Bapa kami...

Perhentian 6
Wajah Yesus Diusap Veronika

Veronika mengikut dan mengasihi Yesus.
Ia sangat sedih melihat Yesus menderita.
Ia ingin meringankan derita Yesus.
Ketika ia melihat wajah Yesus kuyup berlumur darah dan keringat,
ia segera mendekat dan mengusapnya dengan sepotong kain.

Kami sering punya kesempatan untuk mengusap
peluh dan airmata sesama yang menderita.
Mungkin kami menghibur orang sakit yang sudah tak mungkin sembuh lagi,
atau membantu seseorang mendapatkan pekerjaan,
atau menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang terpenjara masalah.
Untuk meringankan derita mereka,
kami hanya memandang mereka dengan penuh kasih.

Namun, ya Tuhan, jarang sekali kami ingat
Bahwa pada setiap sesama yang membutuhkan,
Engkau hadir, O, Putera Allah.
Hanya dengan berangsur-angsur kami menyadari martabat
Setiap orang di bumi ini, entah laki-laki, perempuan maupun anak-anak;
Setiap pribadi, tidak peduli tampan, pandai atau tidak,
Entah masih di dalam kandungan ibunya atau sudah lanjut usia,
Mewakili diri-Mu, ya Yesus.
Bahkan setiap saudara kami, laki-laki maupun perempuan, adalah Engkau.
Dengan memandang Engkau yang penuh luka di Kalvari
Kami mengerti seperti Veronika
Bahwa pada setiap orang kami mengenali wajah-Mu.

Bapa kami...


Perhentian 7
Yesus Jatuh Kali yang Kedua

Yesus jatuh lagi di lorong sempit menuju Kalvari.
Tubuh-Nya semakin lemah karena siksaan sepanjang malam.
Bukan hanya salib di pundak-Nya.
Beban-beban yang dipikul-Nya, yang pribadi dan mendalam, terasa semakin berat.

O Yesus, kami melihat Dikau bagai seorang yang sungguh malang
Yang telah berbuat kesalahan dalam hidup dan kini menganggung akibatnya
Tak punya kekuatan fisik dan mental lagi
Untuk menyambut hari baru. Maka Engkau jatuh.
Kami mengenali diri kami sendiri dalam diri-Mu, O Tuhan
Bahkan lebih payah lagi, kami lebih terpuruk.
Namun Engkau bangkit lagi. Engkau terus memanggul beban-Mu.

Ya Yesus, kepada kami semua
Berilah tekat dan tenaga untuk bangkit lagi
Kami memang lemah
Namun kasih-Mu jauh lebih kuat daripada kegagalan kami.
Senantiasa sedia menerima dan memahami kami.
Dosa-dosa kami yang Engkau pikul melindas-Mu.
Namun belas kasih-Mu jauh melampaui nasib malang kami.

Tuhan, syukur pada-Mu Engkau membangkitkan kami lagi.
Kami memang telah berbuat salah
Membiarkan diri kami hanyut dalam godaan dunia
Demi kepuasan hasrat,
atau demi perkiraan bahwa seseorang membutuhkan kami,
karena seseorang menyatakan cinta pada kami.
Seringkali itulah saat pergumulan kami untuk bertahan
Pada kesetiaan janji pernikahan kami.
Kami sungguh tak lagi merasakan kesegaran dan antusiasme seperti dulu.
Segala sesuatu serasa membosankan.
Semua tindakan bagaikan beban
Yang ingin kami hindarkan.
Terima kasih Engkau telah menguatkan kami agar bangkit lagi.

Bapa kami....

Perhentian 8
Yesus Menghibur Para Wanita yang Menangisi-Nya

Para wanita Yerusalem yang mengenal Yesus, mengikuti Dia menuju Kalvari, sambil menangis.
Yesus merasakan kesedihan mereka yang mendalam untuk diri-Nya.
Yesus bicara pada mereka, dan juga pada kita.
Ia tidak menghendaki sekedar rasa iba, namun hati yang bertobat.
Yang mengakui kesalahan di masa lalu, meminta maaf, dan memulai hidup baru.

Ya Yesus, betapa sering, karena lelah atau buta,
Karena ambisi atau ketakutan
Kami menutup mata dan tak mau melihat kenyataan.
Lebih dari semuanya, kami memilih tidak mau melibatkan diri
Kami tidak berbagi secara aktif dan tulus
Dalam hidup dan kebutuhan saudara kami,
Lelaki atau perempuan, yang dekat ataupun yang jauh.
Kami bertahan dalam hidup yang mapan dan nyaman
Kami terus berkubang dalam dosa dan kejahatan
Dan tidak mengubah hidup kami.
Kami tidak mau berkurban untuk berubah menjadi baik
Agar kejahatan dikalahkan dan keadilan ditegakkan.

Sering situasi tetap runyam karena kami tidak berusaha mengubahnya.
Kami diam saja dengan prinsip tidak berbuat salah pada siapapun.
Tapi karenanya juga tidak melakukan kebaikan,
Yang harus dan wajib dilakukan.
Mungkin orang lainlah yang terpaksa menanggung beban
Karena sikap kami yang acuh tak acuh.

O Yesus, semoga firman-Mu menggugah kami
Dan memberi daya kekuatan pada kami
Kekuatan yang mendorong para saksi Injil
(para martir, bapak-bapak atau ibu-ibu dan anak-anak)
Yang dengan darah mereka, dipersatukan dengan darah-Mu
Telah membuka dan terus membuka jalan kebaikan
Dalam dunia kami.

Bapa kami...


Perhentian 9
Yesus Jatuh Kali yang Ketiga

Tinggal sedikit lagi akan sampai, namun Yesus sudah sangat lelah. Jiwa raga.
Ia memikul semua beban kebencian para tua-tua, para imam dan orang-orang
Yang menimpakan pada-Nya semua rasa marah
Karena penindasan masa lalu dan sekarang.
Mereka menumpahkan dan melampiaskan semacam rasa balas dendam
Kepada Yesus.

Dan Engkau jatuh lagi untuk kali yang ketiga, ya Yesus
Seolah-olah Engkau sudah menyerah.
Namun, tidak!
Sekalipun jelas sudah kehabisan tenaga, Engkau bangkit lagi.
Engkau melangkah lagi menuju Golgota.
Begitu banyak saudara dan saudara kami di seluruh dunia
Jatuh bangun karena mengikut Engkau, ya Tuhan.
Mereka mendaki Kalvari bersama-Mu
Dan jatuh dengan-Mu, O Yesus,
Karena aniaya dua ribu tahun lamanya
Atas Gereja, Tubuh-Mu yang kudus.

Kami ingin menyertai saudara dan saudari kami,
Mempersembahkan hidup kami, kelemahan kami, kemiskinan kami,
Penderitaan kami besar atau pun kecil.
Sering kami menjadi lumpuh karena makmur,
Tak bisa bangkit dan menolang menegakkan kemanusiaan.
Namun kami bisa berdiri lagi
Sebab Engkau, ya Yesus, mendapat kekuatan untuk tetap bertahan
Dan melanjutkan perjalanan.

Ya Tuhan, keluarga kami pun merupakan bagian dari jalinan
Yang menjadikan hidup serba mudah sebagai tujuan.
Anak-anak kami bertumbuh besar:
Bimbingkah kami membina mereka dengan hidup sehat, semangat berkurban
Dan pengampunan.
Semoga hidup kemasyarakatan mereka berkembang melalui olah-raga,
Pergaulan dan usaha-usaha kreatif.
Namun janganlah semua kegiatan itu sekedar pengisi waktu semata
Untuk memuaskan keinginan saja.
Maka, ya Yesus, semoga firman-Mu mengubah kami
Dan menjadikan diri kami pewarta sabda:
“Berbahagialah mereka yang miskin, yang lembut hati,
Pembawa damai dan yang menderita demi keadilan”.

Bapa kami…

Perhentian 10
Pakaian Yesus Ditanggalkan

Sebagai terpidana mati, Yesus ditelanjangi dan dipermalukan
Sehingga bagai tiada harganya lagi.
Sikap tidak peduli, menghina dan melalaikan martabat manusia
Di sini disatukan dengan ketamakan, kerakusan dan kepentingan pribadi.
Para prajurit merampas jubah-Nya.

Jubah-Mu, ya Yesus, adalah jubah terusan, yang tidak dipotong.
Seperti itulah perhatian Bunda-Mu dan para pengikut-Mu.
Dan ketika jubah itu diambil dari-Mu
Engkau merasakan kekejian orang-orang
Yang tidak menghargai martabat pribadi manusia.

Betapa banyak orang menderita
Karena kurangnya penghargaan pada harkat pribadi manusia.
Kadang-kadang kami juga kurang menghormati martabat sesama
Dengan sikap menguasai mereka yang dekat dengan kami:
Anak, isteri, suami atau kerabat,
Kenalan dan orang asing.
Atas nama apa yang kami kira kebebasan
Kami merampas dan membatasi kebebasan orang lain:
Betapa sembrono dan lalainya sikap kami
Dalam memperlakukan orang lain!

Ya Tuhan Yesus, Engkau telah membiarkan dirimu dipandang telanjang,
Oleh dunia pada zaman-Mu dan di mata manusia segala zaman,
Ingatkan kami akan keagungan pribadi manusia
Dan martabat anugerah Allah pada setiap laki-laki dan perempuan.
Tak seorang pun boleh melanggar martabat seagung ini,
bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan citra Allah sendiri.
Adalah tugas kewajiban kami untuk mengembangkan
Penghargaan pada pribadi manusia
dan tubuh manusia, laki-laki maupun perempuan.
Khususnya, adalah tugas kewajiban pasangan-pasangan di kalangan kami
Untuk memadukan dua kenyataan dasar yang tak terpisahkan:
Martabat pribadi, dan pemberian diri sepenuhnya.

Bapa kami….


Perhentikan 11
Yesus Disalibkan

Di Kalvari, Yesus disalibkan. Pontius Pilatus menulis suatu tanda yang berbunyi: “Yesus dari Nazaret, Raja Yahudi”. Maksudnya untuk menghina Yesus, sekaligus bangsa Yahudi, Namun tanpa dikehendaki, tulisan itu mengungkap kenyataan mengenai kedudukan Yesus, sebagai raja, yaitu raja dari suatu kerajaan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Kita hanya dapat membayangkan kekejaman dan penderitaan yang dialami Yesus pada waktu penyaliban. Kita memasuki ranah misteri: mengapa Allah yang menjadi manusia karena mengasihi kita, membiarkan diri-Nya dipaku pada sebatang kayu dan ditinggikan melalui berbagai siksaan jiwa-raga yang sangat keji?

Semuanya karena kasih. Karena cinta. Hukum cinta lah yang membimbing kita menyerahkan hidup kita untuk kesejahteraan orang lain. Kita menyaksikannya pada ibu-ibu yang berhadapan dengan kematian sewaktu melahirkan anak-anak mereka di dunia. Atau pada orangtua yang kehilangan anak karena perang atau karena terorisme, namun memilih untuk tidak membalas dendam.

Ya, Yesus. Di atas Kalvari Engkau menyatukan kami semua
Setiap orang, lelaki dan perempuan, dari masa lalu, sekarang dan masa depan.
Di atas salib-Mu Engkau mengajarkan kasih kepada kami.
Kini kami mulai memahami rahasia sukacita yang sempurna
Yang Engkau ajarkan kepada para murid dalam Perjamuan Terakhir.
Engkau turun dari surga, menjadi seorang anak,
Dan setelah menjadi dewasa, Engkau ditinggikan di Kalvari,
Untuk mengajarkan pada kami makna kasih sejati dengan hidup-Mu.

Seraya memandang-Mu tergantung di salib, kami juga, sebagai keluarga, suami dan isteri, orangtua dan anak-anak berangsur-angsur belajar saling mengasihi, dan mengasihi sekeliling kami serta mengembangkan sikap terbuka yang memberi dengan murah hati dan menerima dengan penuh syukur. Suatu keterbukaan yang dapat menanggung penderitaan dan mengubah penderitaan menjadi kasih.

Bapa kami...

Perhentian 12
Yesus Wafat

Yesus tergantung di salib. Mengalami jam-jam yang menyakitkan, jam-jam yang mengerikan, jam-jam siksaan fisik yang tidak manusiawi. “Aku haus”, kata-Nya. Dan mereka mencucukkan cuka di bibirnya.

Terdengar seruan: “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Apakah ini suatu hujat? Ataukah semata-mata seseorang yang sekarat mengucapkan kata-kata Mazmur? Bagaimana kita bisa menerima Allah yang menyerukan keluhan, yang tidak tahu, yang tidak mengerti? Anak Allah yang menjadi manusia, ketika akan mati mengira telah ditinggalkan oleh Bapa-Nya?

Ya Yesus, hingga sekarang pun Engkau adalah salah seorang dari kami,
Sama seperti kami dalam semua hal selain dosa!
Engkau adalah Anak Allah yang menjadi manusia,
Engkaulah yang Kudus dari Allah,
yang sungguh-sungguh menjadi manusia
rela mengalami keadaan pendosa
terpisah dari Allah, tanpa kehadiran Allah.
Engkau mengalami kegelapan agar dapat memberi kami cahaya.
Engkau mengalami kesendirian agar dapat mempersatukan kami.
Engkau mengalami derita supaya dapat memberi kami damai sejahtera.
Engkau terbuang, terguncang-guncang, tergantung
Di antara langit dan bumi, supaya kami dapat menerima hidup ilahi.

Suatu misteri menyelimuti kami,
Setiap kami mengikuti langkah-langkah penderitaan-Mu.
Ya Yesus, Engkau tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah
Sebagai harta yang dijaga ketat,
Melainkan menjadikan diri-Mu miskin, agar kami kaya.

O Yesus, bagaimana Engkau bisa
Dalam relung kecewa tiada tara
Memercayakan jiwa-Mu kepada kasih Bapa,
Dan menyerahkan diri-Mu kepada-Nya, wafat dalam Dia?
Hanya dengan memandang Engkau,
Hanya dalam kesatuan dengan-Mu
Kami dapat menghadapi berbagai bencana, penderitaan tanpa salah,
Penghinaan, pelecehan dan kematian.

Yesus mengalami kematian-Nya sebagai karunia untukku, bagi kita, bagi keluarga kita,
Untuk setiap orang, untuk setiap keluarga, dan untuk seluruh umat manusia.
Oleh wafat-Nya, hidup dilahirkan kembali.

Bapa kami….


Perhentian 13
Yesus Diturunkan Dari Salib

Ketika hari menjelang malam, Yusuf Arimatea dan Nikodemus menurunkan jenasah Yesus. Maria melihat mayat Anaknya, Anak Allah dan Anaknya juga. Ia tahu Yesus tidak bersalah, tetapi dengan rela Ia memikul beban kemalangan kita. Bunda Maria menyerahkan Anaknya, dan sang Anak menyerahkan ibunda-Nya, kepada Yohanes, dan kepada kita.

Yesus dan Bunda Maria: di sini kita melihat suatu keluarga di Kalvari, begitu menderita karena mengalami perpisahan terakhir. Kematian telah memisahkan mereka, atau setidaknya, tampak seolah-olah memisahkan mereka: seorang ibu dan anak yang disatukan oleh ikatan yang tiada taranya, baik ikatan manusiawi maupun ilahi. Karena kasih mereka merelakannya. Ibu dan Anak sama-sama menyerahkan diri kepada kehendak Allah.

Dalam kehangatan hati Maria datang seorang putera lain, yang mewakili seluruh umat manusia. Kasih Maria kepada kita masing-masing merupakan perpanjangan kasih Bunda kepada Yesus. Bunda melihat wajah Anaknya pada para murid Yesus. Dan Bunda hidup bagi mereka, menjaga mereka, menolong mereka, menyemangati mereka, dan membantu mereka mengakui kasih Allah, agar dengan bebas mereka dapat kembali kepada Bapa.

Apa yang dikatakan Bunda dan Anak di Kalvari itu kepadaku, kepada kita, kepada keluarga kita? Kita hanya bisa berdiri takjub melihat pemandangan itu. Namun dengan naluri kita mengerti bahwa Bunda dan Anaknya itu memberikan kepada kita karunia yang sungguh tiada duanya. Pada mereka kita dapatkan kemampuan untuk membuka hati dan merentang pikiran untuk memeluk seluruh semesta.

Ya Yesus, yang wafat untuk kami,
di Kalvari dan di sisi-Mu
keluarga-keluarga kami menerima anugerah Allah:
karunia kasih
yang membuat kami merangkul segalanya tanpa batas.

Bapa kami….

Perhentian 14
Yesus Dimakamkan

Kesunyian yang pekat menyelimuti Kalvari. Menurut Injil Yohanes, di Kalvari ada suatu taman yang di dalamnya terdapat makam baru yang belum pernah dipakai. Di situlah para murid membaringkan jenasah Yesus.

Yesus, yang mereka kenal berangsur-angsur sebagai Allah yang menjadi manusia, di situ tinggal jenasah-Nya. Para murid tenggelam dam kesunyian yang tidak lazim itu, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya saling menghibur, menopang dan menguatkan satu sama lain. Namun justru di situlah tepatnya iman para murid semakin mendalam, ketika mereka mengingat kembali apa yang pernah dikatakan dan dilakukan Yesus sewaktu masih berada di tengah-tengah mereka, yang hanya mereka pahami sebagian saja.

Mereka mulai menjadi Gereja, ketika mereka menunggu kebangkitan dan pencurahan Roh Kudus. Bunda Maria, Bunda yang dipercayakan Yesus kepada Yohanes, menyertai mereka. Mereka berkumpul bersama dengan Bunda dan di sekeliling Bunda. Mereka menunggu Tuhan menampakkan diri.

Kita tahu bahwa tiga hari kemudian Yesus bangkit. Yesus hidup selamanya dan menyertai kita, secara pribadi, dalam peziarahan kita di dunia, dalam suka dan duka.

Ya Yesus, berikanlah karunia-Mu agar kami saling mengasihi,
Dan tinggallah di tengah-tengah kami lagi,
Setiap hari, seperti yang Engkau janjikan:
“Jika dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku,
Aku tinggal di tengah-tengah mereka”.

Bapa kami….

SENGSARA DAN WAFAT YESUS



Misteri Paskah – sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus – merupakan INTI Kabar Gembira yang diwartakan umat Kristiani kepada dunia. Dengan mengurbankan diri “sekali untuk selama-lamanya” di Kalvari (Ibr 9:26), Kristus telah mengalahkan dosa dan kematian dan mendamaikan dunia dengan Allah (lihat KGK 571).

Dalam Pekan Suci, setiap tahun Gereja merayakan misteri Paskah ini, yaitu misteri “pasah” dari Yesus atau Tuhan lewat, dari Ia hidup sampai wafat dan kemudian kembali hidup lagi. Pekan ini dimulai dari Minggu Palma (atau Minggu Sengsara Tuhan), yang mengenangkan peristiwa Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya di tengah lambaian ranting-ranting palma dan terialkan ”Hosana Putera Daud!” menggenapi berbagai nubuat (lihat Katekismus Gereja Katolik disingkat KGK, no 559). Namun dalam waktu kurang dari satu minggu, yaitu pada hari Jumat Agung, teriakan-terakan pujian itu berbalik menjadi teriakan yang menuntut kematian Yesus: “Salibkan Dia!” (Yoh 19:6).

Mengapa terjadi perubahan yang sedemikian tragisn? Beberapa pemimpin Yahudi tertentu pada masa itu menghasut rakyat melawan Yesus, dan menuduh Dia melakukan hujat dan nubuat palsu – itu adalah kejahatan-kejahatan keagamaan yang dapat dihukum mati menurut hukum Yahudi (KGK 574).
Ada tiga hal sehubungan dengan Yesus dan ajaranNya yang membuat mereka berang:

● Tafsiran Yesus atas hukum dan tradisi lisan Yahudi, termasuk pelanggarannya yang dilihat umum dalam melaksanakan seluruh hukum (misalnya dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat);

● Yesus jelas menentang tempat dan peran sentral Bait Allah Yerusalem sebagai tempat suci satu-satunya di mana Allah harus dihormati;

● Pernyataan Yesus bahwa Ia mengenal Allah sebagai Bapa, dan dengan cara yang unik berbagi hidup dan kemuliaan Allah (KGK 576).

Sehubungan dengan itu semua, ketika Yesus menyerukan pertobatan dan iman kepada-Nya, Sanhedrin (yaitu mahkamah agama Yahudi yang tertinggi) justru mendakwa Yesus sebagai penghujat. Kitab Suci menekankan bahwa mereka bertindak demikian karena “tidak paham”, karena “tegar hati” dan karena “tidak percaya” sekaligus (KGK 591; lihat Luk 23:34; Kis 3:17-18; Mark 3:5; Rm 11:25 dan Rm 11:20).

Pada saat wafat-Nya, Yesus berseru dari atas salib, “Ya, Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34). Ampunan ini meliputi bukan saja para pemimpin Yahudi yang menuduh-Nya, tetapi juga para pejabat dan prajurit Romawi yang menjatuhkan dan melaksanakan hukuman mati kepada-Nya, dan kepada semua orang yang menolak dan menganiaya Gereja-Nya karena buta dan tidak mengerti. Sebab Ia datang bukan untuk menghukum dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia (lihat Yoh 3:17) .


Sengsara dan wafat Yesus tetap merupakan gambaran yang mengerikan dari dampak dosa manusia. Namun Gereja juga percaya bahwa tragedi yang tampak ini penting bagi keselamatan dunia. Kis 2:3 menyatakan bahwa, Yesus “yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya.” Yesus sendiri sudah menyatakan lebih dahulu sengsara-Nya sebelum semuanya terjadi, juga menjelaskan hal itu setelah Ia bangkit dari mati. “Bukankah Mesias harus menderita semuanya ini untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?” (Luk 24:26).

Mengapa semua itu perlu?
Pertama, karena sudah merupakan bagian dari Rencana Allah. Santo Paulus menyatakan bahwa “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor 15:3), sehingga Allah “membuat Dia yang tidak mengenal dosa menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5:21).

Kedua, pengurbanan Kristus merupakan pernyataan kasih Allah yang terbesar. Kristus yang adalah Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan secara bebas menerima konsekuensi yang terburuk dari dosa manusia, yaitu maut, untuk membebaskan kita dari dosa dan kematian. Keagungan kasih Allah itu dinyatakan dengan fakta bahwa Yesus mati bagi para pendosa dan mereka yang menolak Dia, bukan hanya bagi “sahabat-sahabat-Nya” – yaitu mereka yang mengasihi Dia dan taat kepada-Nya.

Kendati ketakutan dan derita manusiawi yang nyata dialami Yesus ketika menjelang saat kematian-Nya (yang dengan jelas sekali dibuktikan dalam sekarat-Nya di Taman Getsemane, [lihat Mat 26;42; Luk 22:30]), dengan bebas Ia memilih untuk menerima sengsara dan kematian-Nya, “Ia menerima dengan kehendak manusiawi-Nya agar kehendak Bapa terlaksana” (KGK 612).

Mengapa disebut Kamis Putih dan Jumat Agung?




Sesuai dengan nama dan nuansa seluruh Pekan Suci (Holy Week, Semana Santa), sebenarnya sebutan asli hari-hari itu adalah Kamis Suci (Holy atau Maundy Thursday) dan Jumat Suci (Holy Friday) juga.

Tetapi kemudian ada pengaruh tradisi Liturgi yang membedakan. Disebut Kamis Putih, karena warna liturgi yang digunakan dalam tradisi upacara Katolik adalah putih. Maka jika orang menyebut Kamis Putih, dapat dipastikan dia berasal dari Gereja Katolik. Ini membedakannya dari tradisi Gereja lain yang mengenakan warna scarlet (ungu).

Disebut Jumat Agung karena muatan inti upacara liturginya berhubungan dengan tindakan baik (maka dalam kebiasaan beberapa negara juga disebut Good Friday, atau dulu kita sebut Jumat Adi) Yesus dalam memikul dosa dunia dan mengurbankan diri sebagai tebusan dosa umat manusia. Mengembalikan martabat dunia seperti ketika diciptakan, yaitu "baik adanya". Citarasa bahasa liturgis menilai sebutan BAIK, atau ADI (Good Friday) kurang mengungkapkan keluhuran tindakan Yesus. Pengurbanan Yesus adalah sesuatu yang sungguh mulia, sungguh luhur dan sungguh besar (great act). Maka kemudian muncul istilah Geat Friday, atau JUMAT AGUNG.