Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.
Paulus menulis “kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus”. Ia menulis kepadaku juga. Kepada anda. Kepada kita. Maka ganti saja nama kota Efesus dengan nama Kota, atau Nama paroki anda, atau nama Lingkungan anda, misalnya “Lingkungan Santo Yohanes Rasul”. Aku dan Anda, kita semua disebutnya orang-orang kudus. Kita bisa membandingkan arti dari apa yang dilakukannya ini dengan Gal 3:26-27.
Bagaimana perasaan anda disebut “orang kudus” dan “orang beriman dalam Kristus Yesus”? Aku merasa tidak layak, karena dosaku banyak. Tetapi itulah keyakinan Paulus, bahwa kita ini kudus, karena kita dipersatukan dengan Kristus yang kudus, sedang Kristus satu dengan Bapa Mahakudus, sehingga kita ketularan kudus. Tak terkatakan rasanya diangkat sebagai kudus tanpa jasa apa-apa. Rasanya aku - anda - kita semua -- sebagai tanggapannya harus juga menunjukkan bahwa diriku dalam kesatuan dengan yang ilahi adalah kudus. "Hendaklah kamu kudus, sebab Bapamu yang ada di surga kudus."
Kita juga disebut orang beriman dalam Kristus. Tetapi sungguh aku merasa betapa kecil imanku, sebab di dalam hidup ini, ketika banyak persoalan melanda hidupku seperti badai dan gelombang, aku sering ketakutan dan putus asa, aku sering ragu dan melupakan peranan dan pertolongan Kristus. Dalam rasa kurang layak ini aku memohon, "Tuhan, tambahkanlah padaku iman."
Namun aku tidak menutup kenyataan bahwa banyak di antara teman-teman dan saudara-saudara sungguh kudus dan beriman kepada Kristus. Aku bersyukur karena banyak jemaat bisa kupandang dan kujadikan teladan di dalam kekudusan dan di dalam pelaksanaan iman.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
Kekudusan dan iman berasal dari Allah. Maka aku bersyukur atas semua karunia itu yang ada pada diriku, betapapun aku sendiri masih belum puas akan keadaannya. Aku bersyukur kepada Bapa Mahapencipta yang menjadikan diriku, dan kepada Yesus Kristus sebagai pernyataan diri Bapa dan segala kasihnya. Semoga rasa syukur ini membuatku, membuat anda dan kita semua damai sejahtera, karena merasa dekat dengan Allah dan kasihNya, dan selalu disertai di dalam perjalanan hidup ini.
Semoga paguyuban kita, atau diri kita sendiri sebagai anggota paguyuban, seperti Paulus, juga menjadi “saluran” untuk “kasih karunia” dan “damai sejahtera” itu.